G+

JIKA BUKAN KARENA (PENYIMPANGAN) WASIAT AL GHADIR TIDAK AKAN ADA TRAGEDI KARBALA


1.    Mengapa memperingati wiladah dan syahadah secara terus menerus?
a)Sirah Ahlul Bait as. adalah rangkaian yang terus bersambung dan membentuk sebuah sistem dalam perjalanan sejarah. Kerena wujud mereka adalah pelanjut risalah Nabi yang akan bersambung hingga munculnya Imam Zaman as. hal itu merupakan konsekwensi keyakinan akan sampainya syariat hingga hari kiamat dalam keadaan terjaga kesamawiyannya. Tidak ada satu jamanpun yang kosong dari Imam sehingga disebutkan dalam hadits:
Barangsiapa yang mati dan tidak mengenal Imam Zamannya maka ia mati jahiliyah

b)                    Bukankah kita tidak akan mendapatkan ilustrasi sempurna tentang sebuah peristiwa jika kita tidak menyambungkan antara darimana, dimana dan akan kemana. Tidak ada tragedy Asyura jika bukan karena Saqifah yang melahirkan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah dan tidak akan ada Saqifah jika bukan karena pengingkaran kaum muslimin akan wasiat Al Ghadir.
c) Kita tidak mendapatkan gambaran yang jelas tentang sirah Ahlul Bait as. karena kita selalu mengambil gambaran yang bersifat parsial yang tidak mnyelurush dan sistimatik. Saat membahas tentang Imam Husain, misalnya, kita hanya membahas mengenai peristiwa terbunuhnya Imam di tangan pasukan Yazid dan kita lupa bahwa tragedi Karbala merupakan akibat dari dosa masa lalu yang dilakukan para pembangkang wasiat Ghadir Khum dan membentuk bid’ah Saqifah

2.    Kita tidak akan mendapatkan gambaran yang jelas dan lengkap mengenai tragedy Asyura tanpa memiliki gambaran yang jelas mengenai peristiwa Saqifad dan kita tidak akan memiliki gambaran yang jelas tentang Saqifah tanpa pemahaman akan penyimpangan wasiat Al Ghadir.
Banyak orang yang meragukan (baca: menolak) eksistensi wasiat Al Ghadir dengan alasan tidak mungkin para sahabat secara bersama-sama mengingkari wasiat Ghadir jika memang wasiat itu ada.

Mempelajari sejarah sebuah peristiwa haruslah diikuti dengan mempelajari latar belakang masyarakatnya. Jangankan riset sejarah, menerjemahkan bahasa saja sama dengan menerjemahkan budaya.
Salah satu kesalahan besar yang sering dilakukan masyarakat kita dalam mempelajari sejarah adalah melihat layar putih melalui kaca hijau. Sehingga kita akan mengatakan bahwa layar itu berwarna hijau.
Kita ini orang melayu yang hidup dengan sopan santun dan adat istiadat ketimuran. Mudah memaafkan kesalahan dan mudah membuang dendam masa lalu.
Artinya jika kita menggunakan kaca mata melayu kita maka akan banyak perbuatan para sahabat yang berada di luar nalar melayu kita dan akhirnya kita menolaknya dengan cara yang sangat subjectif.
Mungkinkah para sahabat mengingkari wasiat Ghadir dan meninggalkan Imam Ali tanpa hak syar’inya?, mungkinkah Yazid mencincang cucu Rasulullah dengan kejam di Karbala setelah mengetahui kedudukan Husain?, mungkinkah khalifah merampas tanah Fadak, satu-satunya warisan Rasul untuk puterinya?.
Penilaian subyektif itu terus berkembang bahkan setelah terbukti dengan adanya nash-nash syar’i yang shahih dan qath’i tentang hal itu.
Ketahuilah!
Orang Arab bukan orang melayu yang penuh perasaan lembut dan kasih. Banyak memaklumi dan memahami. Mereka adalah masyarakat yang belum lama diangkat dari lembah jahiliyah yang karena kondisi kerusakan yang besar maka Allah mengutus Nabi terbaik.
Mereka lupa bahwa para sahabat melakukan hal-hal yang diluar akal sehat orang melayu padahal mereka telah memeluk Islam:
a)   Mereka melanggar perintah Rasul untuk tetap diatas bukit hanya karena melihat rampasan perang. Orang melayu akan menjaga posisi meskipun harus syahid dan mendapatkan surga.
b)  Mereka meninggalkan Rasulullah dalam keadaan berdiri saat berkhotbah hanya karena pedagang yang lewat di depan masjid. Orang melayu mau berbisik kepada teman saja takut saat khatib berceramah.
c)    Mereka meragukan kenabian Muhammad karena perjanjian Hudaibiyah.
d)  Mereka menuduh Nabi mengingau saat hendak berwasiat
e)   Mereka memperebutkan kepemimpinan saat jasad Rasul belum dimandikan. Orang melayu melupakan segala sesuatu saat orang yang dicintai pergi meninggalkan kita untuk selamanya.
f)     Dan masih banyak peristiwa lain yang jika dipandang dengan kaca mata kita hal itu seakan mustahil dilakukan oleh orang-orang yang dianggap dekat dengan Nabi.

Dengan demikian menjadi jelas bahwa apa yang terjadi dalam peristiwa Al Ghadir bukan hal baru di kalangan mereka. Kita harus melihat setiap peristiwa dengan segala latar belakangnya.

Dengan diingkarinya wasiat Ghadir maka terbuka jalan bagi mereka untuk melakukan ijtihad kepemimpinan setelah Rasul dan berlari ke Saqifah dan saat itu jasad Rasulullah yang belum lagi dimandikan. Hanya Imam Ali dan beberapa sahabat dekat yang menunggu jenazah Rasulullah. Manusia mulia yang selama ini berkorban demi mereka kini jasad sucinya bagaikan bagkai di mata orang-orang baduwi Arab itu.
Sekali lagi, hak Imam Ali dikhianati dan jatuh ke tangan Bani Umayah yang mengobarkan permusuhan kepada Ahlul Bait as. hingga sampai kepada sejarah tragis Asyura yang ditulis dengan tinta darah dan air mata.

Hal ini juga menjelaskan kepada kita bahwa memperingati Asyura bukan hanya sebuah peringatan sejarah masa lalu tentang pertikaian suatu kaum terdahulu. Masa lalu selalu berhubungan dengan masa kini dan masa depan. Semestinya kita mengambil ibrah dari peristiwa demi membangun strategi dakwah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait as.
Artinya, akan muncul Yazid, Ubaidilah, Syimr dan lain-lain pada masa kini dan masa yang akan datang.
Logika sejarahnya, kebathilan selalu terusik dengan munculnya kebenaran. Ia akan selalu berusaha menghancurkan kebenaran dengan berbagai cara. Karenanya Imam Shadiq berkata:

Barangsiapa mencintai kami maka bersiaplah menerima bala

Mengapa para Imam mengatakan:

Taqiyah adalah agamaku dan agama bapak-bapakku, barangsiapa tidak mengenal taqiyah maka ia tidak punya agama

Sebaik apapun orang Syiah tetap saja mereka akan berada pada posisi yang salah meskipun apa yang mereka lakukan sesuai dengan Al Quran.
Mengapa orang-orang selalu bertanya kepada orang Syiah:
a)   Orang Syiah kalau wudhu, kakinya diusap tidak disiram. Padahal seperti itulah yang disampaikan Quran
b)  Orang Syiah mengingkari bahwa Ahlul Bait adalah isteri Nabi. Padahal seperti itu Al Quran mengungkapkan
c)    Orang Syiah tidak mengikuti sahabat tapi keluarga Nabi. Padahal semua tahu bahwa Ahlul Bait lebih tahu dari para sahabat.
d)  Orang Syiah bicara buruk salah bicara baik dianggap taqiyah dan bentuk kemunafikan.

Namun demikian kita harus selalu bersyukur kepada Allah bahwa kita telah dipilih untuk berada pada jalan Rasulullah dan Ahlul Baitnya meskipun jalan itu dipenuhi dengan onak dan duri namun itulah tugas kita sebagai hamba Allah. Bukankah Allah berfirman: falaqtahamal ‘aqabah.

Selamat berkhidmat bagi syariat Husaini semoga kita layak menerima syafaatnya di dunia maupun di akhirat.